Minggu, 26 April 2009

Tak Ada Torres, Kuyt Pun Jadi


Semua orang tahu kalau Fernando Torres adalah mesin gol Liverpool. Kalau El Nino tidak kunjung mencetak gol, The Reds tak perlu khawatir karena ada Dirk Kuyt yang bisa dijadikan tumpuan untuk mendulang gol.

Hal itu ditunjukkan Kuyt saat mengantar Liverpool menekuk Hull City 3-1, Sabtu (25/4/2009). Berduet dengan Torres di lini depan, Kuyt membuktikan dirinya tak kalah hebat dengan rekannya yang asal Spanyol itu dan tampil sebagai pahlawan tim dengan sumbangsih dua golnya.

Raihan tiga poin itu juga menjadi modal penting bagi pasukan Anfield itu dalam menjaga persaingannya dengan Manchester United dalam perebutan gelar juara Liga Inggris musim ini. The Kop punya 74 poin saat ini, berselisih tiga dengan MU di puncak klasemen yang masih mempunyai satu laga tersisa.

Yang spesial, sepasang gol dari striker Belanda itu diraihnya dalam penampilan ke-100 bersama Liverpool di ajang Liga Inggris. Semenjak hijrah dari Feyenoord tahun 2006, pemain usia 28 tahun itu telah menelurkan 25 gol selama mengenakan kostum merah-merah.

Sebuah pencapaian gol yang terasa kurang menggigit bila dibandingkan semasa ia berkarir di Feyenoord, di mana dalam jumlah penampilan yang sama Kuyt mampu mendulang 71 gol. Reposisi dari striker menjadi winger bisa jadi sebab kenapa Kuyt sulit untuk mencetak banyak gol selama merumput di Liga Inggris.

Namun itu semua tak mengurangi rasa bangga sang manajer Rafael Benitez kepada pengkoleksi 51 caps bersama timnas Belanda itu. Bagi Rafa, Kuyt adalah seorang pemain yang mempunyai etos kerja yang kuat dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Liverpool.

"Semua orang yang ada di klub ini harus lah bangga karena Kuyt adalah seorang profesional fantastis yang selalu bekerja keras. Sangat bagus untuknya untuk mencetak gol di penampilan ke-100nya. Sangat positif, saya bangga kepadanya," pungkas Rafa.

Benitez: Tiga Poin di Laga yang Sulit


Liverpool berhasil meraih kemenangan 3-1 atas Hull City sekaligus menjaga peluangnya merebut titel Liga Inggris musim ini. Diakui Rafael Benitez tiga poin The Reds itu diraih dengan jalan yang tidak mulus.

Dalam laga yang dilangsungkan di KC Stadium, Sabtu (25/4/2009) malam WIB, dua gol Dirk Kuyt dan Xabi Alonso memang hanya mampus dibalas Hull lewat kaki Geovanni. Terlebih The Tigers harus bermain dengan sepuluh orang sejak menit ke- 58 setelah Caleb Folan diusir wasit keluar lapangan.

Namun kenyataan malah sebaliknya, sejak unggul 2-0 serta mempunyai keunggulan jumlah pemain, Fernando Torres dkk malah tertekan oleh tuan rumah dan mengakibatkan Hull mampu mencetak gol balasan.

Untungnya gol Kuyt di penghujung laga mampu memastikan Liverpool untuk sementara menggeser Manchester United dari puncak klasemen, dimana The Kop unggul dalam selisih gol.

Fakta tersebut lah yang membuat Benitez menilai timnya mengalami kesulitan sepanjang laga terutama di babak kedua karena sang lawan menunjukkan mental pantang menyerahnya.

Tapi akhirnya gaffer asal Spanyol mengaku senang karena dengan ketenangan dan kengototan yang ditunjukkan anak buahnya, mereka dapat pulang ke Anfield dengan kepala tegak.

"Kami sepantasnya menang jadi saya senang. Kami mendapat tiga poin dari laga yang sulit. Menjadi sulit karena mereka bekerja keras dan selalu menekan," urai Benitez di situs resmi klub.

"Selalu berbahaya (menghadapi tim yang menghindari degradasi) karena kamu tahu mereka akan bertarung sampai akhir. Kita telah membicarakan sebelumnya. Kami harus tenang dan selalu mengejar bola," lanjutnya.

Dilanjutkan Rafa, faktor lapangan menjadi sebab musabab permainan Liverpool tak banyak berkembang di babak pertama dan sempat mengalami kegugupan."Kami sedikit gugup karena lapangan sangat buruk. Rumputnya panjang dan sangat sulit untuk mengoper bola. Itu berarti bahwa kamu dapat melakukan kesalahan ketika tim lain menekan."

"Tapi kamu harus menerima situasi ini karena ini adalah bagian dari pertandingan, dan kami lebih baik di babak kedua. Kami sedikit gugup tapi kami menunjukkan karakter kami,"

Rabu, 22 April 2009

Anfield Masih Angker


Jakarta - Skor 4-4 dalam pertandingan antara Liverpool vs Arsenal membuktikan satu hal: The Reds masih sulit dikalahkan di kandang sendiri. Artinya, Stadion Anfield masih angker.

Dalam pertandingan yang berlangsung Rabu (22/4/2009) dinihari WIB, Liverpool sempat tertinggal 4-3 sebelum akhirnya Yossi Benayoun tampil sebagai penyelamat di menit-menit akhir. Golnya pada masa injury time membuat kedudukan berubah menjadi 4-4.

Ini bukan pertama kalinya Liverpool meraih kemenangan pada menit-menit terakhir. Sebelum laga ini The Reds tercatat sudah sembilan kali mencetak gol di menit-menit akhir laga.

Kini gol di menit-menit akhir yang dilesakkan Benayoun membuat Liverpool memperpajang rekor bagus di Anfield. Mereka mencetak catatan 28 pertandingan tak terkalahkan di kandang sendiri--khusus untuk Premier League.

Catatan tersebut merupakan rentetan "tak terkalahkan di kandang" terbaik yang ada di top flight division saat ini.

Toh demikian, hasil tersebut tak membuat Rafael Benitez bahagia. Manajer asal Spanyol ini telah menyebut bahwa timnya banyak melakukan kesalahan sehingga bisa kebobolan empat gol.

Kini Liverpool harus menunggu hasil pertandingan antara Manchester United dan Portsmouth. Jika MU menang, maka tampuk pimpinan klasemen sementara akan menjadi milik The Red Devils lagi.

Untuk Arsenal, hasil imbang tersebut membuat catatan tak terkalahkan mereka di Premier League memanjang menjadi 19 pertandingan. The Gunners terakhir kali menelan kekalahan pada 22 November 2008, kala itu mereka ditekuk 0-3 oleh Manchester City.

Benitez: Terlalu Banyak Kesalahan


Liverpool - Liverpool harus puas dengan hasil imbang saat menjamu Arsenal di lanjutan Liga Inggris. Manajer The Reds, Rafa Benitez, beranggapan timnya terlalu banyak membuat kesalahan.

Melalui sebuah pertarungan seru di Anfield, Rabu (22/4/2009) dinihari WIB, Liverpool ditahan Arsenal 4-4. Kejar-mengejar skor terus berlangsung, terutama di babak kedua.

Liverpool tertinggal 0-1, membalikkan skor jadi 2-1, tertinggal lagi 2-3, menyeimbangkan lagi jadi 3-3 sebelum ketinggalan 3-4. Namun gol di injury time menyelamatkan muka 'Si Merah' dari kekalahan di markas sendiri.

"Kami terlalu banyak berbuat salah. Namun positifnya, tim ini memperlihatkan karakter mereka hingga menit terakhir," komentar Benitez seusai laga seperti dilansir BBC.

Tiga dari empat gol Arsenal yang bersarang di jala Pepe Reina berasal dari kesalahan pemain Liverpool sendiri. Javier Mascherano, Alvaro Arbeloa dan Fabio Aurelio adalah tiga pelaku 'dosa besar' tersebut.

"Saya sangat kecewa karena kami kebobolan empat gol yang normalnya tidak kami derita. Kami membut kesalahan besar. Anda tak tahu kapan terakhir Pepe Reina membuat penyelamatan. Empat kesempatan dan empat gol, semuanya dari kesalahan kami," cetus Benitez tak puas.

Meski gagal menang, Liverpool memperlihatkan karakter mereka yang pantang menyerah. Penonton setia di Anfield yang selalu memberi semangat dianggap Benitez sebagai salah satu penyebab The Reds terhindar dari kekalahan.

"Dari awal, fans mendukung dan mendorong tim ini. Kadang Anda bermain grogi dan menyebabkan kesalahan. Tapi di akhir, terimakasih kepada fans, tim bekerja keras dan kami mencetak empat gol," tandas manajer asal Spanyol itu.

Liverpool 4, Arshavin 4


Liverpool - Andrei Arshavin tampil sangat mengagumkan bagi Arsenal dengan mencetak empat gol ke gawang Liverpool. Namun The Reds yang pantang menyerah membuat skor akhir duel keduanya menjadi 4-4.

Pertandingan yang digadang-gadang sebagai mega duel dua tim besar Liga Inggris ini memang berlangsung seru. Delapan gol menjadi suguhan kedua tim di Stadion Anfield, Rabu (22/4/2009) dinihari WIB.

Empat gol Arsenal diborong oleh Arshavin; sementara empat gol Liverpool dibagi rata masing-masing dua gol dari Yossi Benayoun dan dua gol diceploskan oleh Fernando Torres.

Hasil ini merugikan Liverpool yang sedang berkejaran dengan Manchester United di Liga Inggris. Memperoleh tambahan satu poin, The Reds dengan 71 angka memang merebut posisi teratas berkat keunggulan selisih gol, tapi posisi mereka rentan ditinggalkan MU yang masih memiliki dua laga di tangan.

Jalannya pertandingan
Liverpool mencoba mengambil alih kendali permainan semenjak awal. Menit kesembilan, Dirk Kuyt mengirim umpan kepada Yossi Benayoun yang membawanya masuk ke kotak penalti Arsenal. Peluang itu digagalkan oleh Lukasz Fabianski yang keluar sarangnya.

Situasi masih berbahaya bagi Arsenal karena meski Alvaro Arbeloa gagal merebut bola rebound, bola bisa dikuasai Kuyt. Namun Kieran Gibbs dengan sigap membuang si kulit bundar.

Peluang kembali datang menyapa Liverpool di menit 18 saat tendangan keras Fernando Torres menyambut umpan Xabi Alonso harus ditip oleh Fabianski keluar lapangan. Fabianski tampak percaya diri kali ini.

Arsenal baru mengancam gawang Liverpool di menit 28. Tendangan Cesc Fabregas masih melenceng di sisi kanan gawang. Nicklas Bendtner yang berada di dekatnya gagal membelokkan arah bola.

Tak sampai semenit, Arsenal kembali terancam oleh aksi Torres. Sepakan penyerang timnas Spanyol itu masih bisa ditepis Fabianski dan sebelum mencapai Benayoun bola sudah dibuang oleh barisan bek The Gunners.

Arsenal memecahkan kebuntuan di menit 34 melalui kaki Arshavin. Gol ini berawal dari kesalahan Javier Mascherano yang mengakibatkan Samir Nasri bisa menguasai bola di kotak penalti Liverpool.

Nasri lantas mengumpan kepada Fabregas yang kemudian melepas umpan silang mendatar kepada Arshavin yang bebas. Dengan kaki kirinya, striker Rusia itu menjebol gawang Pepe Reina. 1-0 bagi tim tamu.

Tiga menit berselang, Benayoun kembali mengetes Fabianski dengan tendangan kaki kiri yang masih bisa ditepis oleh kiper Polandia itu. Penampilan Fabianski jauh membaik ketimbang saat Arsenal ditekuk Chelsea di Piala FA.

Babak pertama pun usai dengan kedudukan Arsenal tetap unggul 1-0.

Tiga menit babak kedua berjalan, Liverpool berhasil menyamakan kedudukan. Kuyt yang menguasai bola di sayap kanan melepas umpan silang yang ditanduk Torres yang tak terjaga. Bola meluncur masuk ke pojok kiri bawah gawang Arsenal dan skor pun menjadi 1-1.

Hanya butuh delapan menit bagi Liverpool untuk berbalik unggul. Kembali aksi Kuyt yang mengirim crossing ke tengah membawa bencana. Bola disundul Benayoun dan masuk ke gawang. Fabianski menepis bola yang sudah masuk gawangnya setengah meter. Wasit Howard Webb mensahkan gol itu.

Menit 61, Torres nyaris memperlebar keunggulan tuan rumah. Menerima umpan silang mendatar Alonso, Torres menguasai bola dan dengan setengah berbalik badan ia melepas tembakan yang bisa ditangkap Fabianski.

Enam menit kemudian, justru Arsenal yang menyamakan kedudukan jadi 2-2. Arshavin mencetak gol keduanya dengan tendangan deras kaki kanan setelah merebut bola dari kaki Arbeloa.

Arshavin menggenapi performa gemilangnya dengan hat-trick di menit 69. Dari umpan silang Nasri, bola gagal disapu bersih Fabio Aurelio dan jatuh di kaki Arshavin yang dengan sekali sepak menjebol gawang Reina untuk kali ketiga. Tim tamu memimpin 3-2.

Tak mau kalah, Liverpool sudah menyeimbangkan skor lagi di menit 73. Menerima bola dari Albert Riera, Torres menguasai bola di kotak penalti Arsenal dan setelah berbalik badan, tembakan striker Liverpool itu melsak masuk gawang Arsenal. Skor kini 3-3.

Torres nyaris mencetak hat-tricknya pada bilangan menit 81. Menyambut umpan tendangan sudut, sundulan Torres masih bisa dicegah masuk gawang oleh Kieran Gibbs memakai kepalanya.

Dari sepak pojok lanjutannya, bola ditinju Fabianski. Bola rebound menuju Jamie Carragher yang tanpa mengontrol menggenjot bola dengan kaki kanannya, tetapi arah bola masih melebar.

Di menit terakhir pertandingan, bencana terjadi bagi Liverpool. Dari serangan balik, Theo Walcott menggiring bola yang kemudian diumpankan ke Arshavin yang berlari dari belakang. Dengan kaki kirinya, Arshavin menyudahi aksinya dengan gol. Arshavin 4, Liverpool 3.

Liverpool terus mencoba mengejar. Di injury time, pemain pengganti Nabil El Zhar menembak kencang ke gawang Arsenal tetapi Fabianski dengan sigap mengusir si kulit bundar.

Upaya tak kenal lelah The Reds terbayar di menit ketiga masa tambahan waktu. Dari kiri, bola silang disundul Mascherano ke kotak penalti yang gagal dikuasai Ryan Babel. Bola liar disambar Benayoun menjadi gol yang membuat papan skor berubah lagi jadi 4-4.

Meski masih berupaya mencetak gol kelima, upaya Liverpool kali ini tidak berhasil. Kedudukan akhir 4-4 menjadi kesimpulan duel seru kali ini.

Susunan pemain
Liverpool: Reina; Arbeloa, Carragher, Agger, Aurelio; Kuyt (El Zhar 86), Benayoun, Mascherano, Alonso, Riera (Babel 73); Torres

Arsenal: Fabianski; Sagna, Toure, Silvestre, Gibbs; Nasri, Fabregas, Song, Denilson (Walcott 65), Arshavin; Bendtner (Diaby 90)

Selasa, 21 April 2009

Jelang Liverpool vs Arsenal Awal Misi Sapu Bersih Liverpool


Liverpool - Liverpool siap berkonsentrasi penuh dan menyapu bersih semua laga tersisa di Liga Primer untuk meraih gelar juara. Ujian terdekat akan datang dari tim sesama The Big Four, Arsenal.

Kesempatan Liverpool meraih juara musim ini praktis tinggal ada di Liga Primer. Saat ini The Reds berada di peringkat kedua klasemen sementara dengan poin 70, tertinggal satu poin dari pemuncak Manchester United.

Liverpool memiliki enam laga tersisa yang harus dioptimalkan bila ingin merebut gelar juara. "Kami paham kami tinggal bermain di Liga Primer dan kami berjuang untuk menjadi juara. Kami harus terus melaju dan jika MU kehilangan beberapa poin, kami akan menjadi juara," tukas gelandang Javier Mascherano dikutip dari situs resmi Liverpool.

"Kami harus melihat ke depan, berjuang untuk memenangi enam laga sisa dan akan kita lihat bagaimana selanjutnya," tambah pemain berusia 24 tahun itu.

Laga pertama dari enam laga tersisa yang dimaksud Mascherano adalah menjamu Arsenal, pada Rabu (22/4/2009) dinihari WIB. The Gunners kini tengah dalam kondisi baik, usai kembalinya pemain-pemain kunci yang mengalami cedera.

"Saya tidak tahu bila saat ini adalah saat yang salah bila kami menghadapi Arsenal. Namun kami juga selalu tampil baik dan memiliki kepercayaan diri tinggi," tambah pemain asal Argentina itu.

Melawan Arsenal, Liverpool kemungkinan besar tampil tanpa inspirator permainan Steven Gerrard. Namun, Mascherano yakin bahwa timnya bisa bermain optimal meski tanpa Stevie G.

Tanpa Stevie G, The Anfield Gank menahan imbang Chelsea 4-4 di leg kedua semifinal Liga Champions. "Dalam laga melawan Chelsea, pemain menunjukkan berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai semifinal. Setiap pemain sudah tampil baik dan meski suporter tidak puas karena kami gagal, mereka harusnya bangga pada kami," pungkasnya.

Rapor tim racikan Rafael Benitez musim ini atas The Big Four pun sangat positif. MU dan Chelsea dibekap baik di Anfield dan di kandang masing-masing. Sementara dengan Arsenal, Liverpool memaksakan hasil 1-1 di Emirates (21/12/2008)

'Rafa Arogan? Siapa Bilang'


Liverpool - Ekspresi seorang manajer ketika merayakan sebuah gol bisa berarti macam-macam. Khusus untuk Rafa Benitez, Sam Allardyce mencap manajer Liverpool itu telah bertindak arogan.

Tuduhan itu sendiri muncul setelah pertandingan antara Liverpool dan Blackburn rovers beberapa waktu silam. Dalam pertandingan yang dimenangi 4-0 oleh Liverpool itu, Benitez dianggap Allardyce telah bersikap arogan ketika merayakan gol kedua.

Allardyce mengatakan bahwa ekspresi Benitez merupakan ekspresi menghina terhadap timya. Manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson, pun sempat memberikan komentar terhadap hal ini dengan mengatakan sikap Benitez tak termaafkan.

Benitez sendiri tidak melakukan pembelaan diri. Dalam konferensi pers jelang pertemuan dengan Arsenal midweek ini pembelaan mengenai komentar tersebut diberikan oleh asistennya, Sammy Lee.

"Satu hal yang akan saya katakan, Rafa bukan merupakan seorang yang arogan. Kami merupakan klub yang sederhana dan menghormati orang lain. Menang, seri atau kalah, kami tetap memiliki kerendahan hati," tutur Lee yang dikutip Soccernet.

"Kejadian itu merupakan sebuah reaksi karena kami berpikir kami layak mendapatkan tendangan bebas, tapi hal lain terjadi dan menyebabkan gol. Kami hanya mempertimbangkan mengenai apa yang seharusnya dilakukan pemain kami. Kami tak membuat gestru untuk pihak lain."

"Ketika kami berada di lapangan, kami hanya berusaha untuk membuat pengaruh. Setiap gerakan yang kami lakukan di sisi lapangan ditujukan kepada para pemain. Bukan untuk orang lain. Jika orang lain melihatnya tentu saja ia akan menganggap gerakan itu sebagai kesalahan," tambahnya.

Lebih lanjut lagi, Lee juga mengatakan bahwa komentar Sir Alex hanyalah sebuah psy war biasa. Ia mengaku klubnya tak terpengaruh dengan hal itu.

"Sejujurnya, hal itu tak saya pikirkan. Sepakbola adalah permainan yang simpel, sementara banyak orang mencoba membuatnya menjadi rumit dengan memasukkan pendapatnya masing-masing ke dalamnya."


musang © 2008. Free Blogspot Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute Blogger Templates